Cerita Sejarah PLTP Kamojang, Pembangkit Listrik dan Wisata Panas Bumi Pertama di Indonesia

Garut - Indonesia selama ini dikenal sebagai wilayah dengan sumber daya alam yang melimpah. Tak heran kegiatan eksplorasinya sudah dilakukan sejak zaman Belanda, termasuk di kawasan geothermal Kamojang Jawa Barat.

Pada awal dekade 1900-an, kawasan tersebut mulai diaktivasi sebagai sumber energi berkelanjutan (lasting power) yang bermanfaat bagi kebutuhan industri di masa berikutnya.

Melansir laman aboutgarciniacambogia.com  Minggu (24/10), kini lokasi sumur panas bumi pertama di Indonesia itu tak hanya digunakan sebagai lokasi tambang, melainkan juga dikenal sebagai objek wisata kenamaan, tepatnya di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, dengan ketinggian mencapai 1.730 mdpl. Berikut informasinya.

Dikenal memiliki semburan yang kuat, sumur pertama yang ditemukan Belanda tahun 1918 itu memiliki julukan yang unik yakni Kawah Kereta Api.

Hal ini berkaitan dengan kepulan asap putih pekat dari lubang sumur, diiringi suara bising yang mirip kereta api. Uniknya lagi, kawah kereta api ini hanya memiliki kedalaman 60 meter dan tidak terlalu dalam.

Kamojang dianggap pelopor pengembangan panas bumi di nusantara, karena di delapan tahun setelah penemuannya, pemerintah kolonial Belanda berupaya mengembangkan potensinya kendati harus terhenti di tahun 1928.

Berdasarkan informasi dari Kementerian ESDM, para insinyur lawas saat itu melakukan pengeboran dangkal sebanyak 5 sumur.

Sebagai location wisata, pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan bukit dan kawah yang ciamik dengan kondisi udara yang sejuk dan menyegarkan.

Pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Pertama di Indonesia


Usai terhenti setelah tahun 1928, di tahun berikutnya yakni pada 1978 penggalian potensi kembali dilanjutkan dengan menggaet Pemerintah New Zealand untuk mencari sumber sumur tambahan.

Akhirnya di tahun 1982, PLTP Kamojang resmi beroperasi di kawasan Gunung Gajah, Gunung Guntur Bandung, dengan potensi setara dengan 300 MW. Sampai saat ini, sumur-sumur tersebut masih mengeluarkan uap panas bumi.

PLTP Kamojang mulanya beroperasi hanya dengan 1 system pembangkit, hingga bertambah menjadi 7 plant dengan total kapasitas terpasang 375 MW.

PLTP Kamojang memiliki 3 unit pembangkit berkapasitas sebesar 140 MW, PLTP Darajat dengan 1 device sebesar 55 MW, dan PLTP Gunung Salak dengan 3 device pembangkit sebesar 180 MW.

Mengutip laman digarut.com, kawasan seluas 10 hektare tersebut diketahui memiliki 23 kawah dengan 2 di antaranya menyerupai kubangan yang mirip danau.

Selain memiliki dua kawah unggulan yakni Kamojang dan Kereta Api, di lokasi, wisatawan juga bisa menikmati kawah lainnya yakni kawah hujan dan kawah manuk (burung bahasa Indonesia).

Disebutkan pengelola di sana, kawah hujan menjadi salah satu area yang banyak dikunjungi karena memiliki khasiat untuk mengobati beberapa penyakit seperti asma, stroke, rematik hingga kanker payudara.

Untuk menjalani pengobatan, pengunjung bisa melakukannya hanya dengan berdiri dan menghirup aromanya.

Cara Kerja PLTP Kamojang


Sistem produksi energi dari PLTP Kamojang sendiri, yakni dengan memanfaatkan energi uap panas bumi dan diperoleh dari sumur-sumur produksi yang ada. Uap tersebut kemudian dialirkan ke vapor getting header, yang berfungsi menjamin pasokan uap agar tetap stabil meskipun terjadi perubahan pasokan dari sumur produksi.

Selanjutnya, uap dialirkan ke pipa melalui flow meter untuk memisahkan zat padat berupa silica, dan molekul air yang terbawa di dalamnya. Uap yang telah bersih kemudian dialirkan melalui major steam shutoff (MSV) - guv shutoff menuju ke turbin.

Dari proses double circulation condensing yang dipompa dengan generator, pada kecepatan 3.000 rpm di dalam turbin maka energi listrik bisa tercipta dengan arus 3 fasa, frekuensi 50 Hz, dengan tegangan 11,8 KV.

Melalui mekanisme transformer step up tersebut, arus listrik dinaikkan tegangannya hingga 150 KV dan selanjutnya dihubungkan secara paralel dengan sistem penyaluran Jawa-Bali (interkoneksi).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuikota India Menutup Sekolah Selama Sepekan dan Mempertimbangkan Lockdown Polusi Karena Udara Semakin Tercermar

Cerita Kehidupan Warga Surabaya Era Tahun 1850-an Pada Belum ada Penerangan Jalan

Sejarah Jaman Ir.Soekarno Terkait Konfrotasi Indonesia Dengan Malaysia