Kisah Ki Gede Bungko Panglima Laut dari Cirebon Pengusir Bangsa Portugis dan Perompak di Laut Jawa

Jakarta Di masa kekuasaan Kasultanan Cirebon, sekitar abad 15-16 masehi, ada tokoh yang diperhitungkan kiprahnya bernama Ki Gede Bungko. Sosok pahlawan dari Kasultanan Cirebon tersebut berpengaruh, lantaran posisinya sebagai panglima angkatan laut. Ia berhasil menghalau kejahatan seperti perompak di Laut Jawa.

Bahkan seperti dikutip dari laman historyofcirebon, sosoknya turut andil saat menumpas bangsa Portugis bersama Kerajaan Demak di Pelabuhan Sunda Kelapa, Batavia pada tahun 1522 M. Seperti apa kisah menariknya?

Berdasarkan catatan Naskah Serat Carub Kandha karangan Pangeran Abdul Hamid Sukama Jaya tahun 1840, menyebutkan jika ia merupakan sosok penting lantaran pengalamannya sebagai panglima angkatan laut yang tak diragukan lagi.

Sebelum diberi gelar oleh Sunan Gunung Jati, Ki Gede Bungko pernah menjadi panglima angkatan laut dari kerajaan Majapahit.

Dikisahkan jika Ki Gede Bungko merupakan murid dari Sunan Ampel yang diboyong oleh Sunan Gunung Jati untuk membantu kerajaan dari Kasultanan Cirebon.

Sempat bertugas di kerajaan Majapahit, Ki Gede Bungko adalah pendatang asal Blambangan (Banyuwangi) dengan nama asli Jakataruna. Ia bertemu dengan Sunan Gunung Jati saat berkunjung ke Surabaya untuk menemui Sunan Ampel

Ketika itu, Jakataruna diutus Sunan Ampel usai bertapa 11 tahun untuk mendampingi Sunan Gunung Jati ke wilayah Jawa bagian Barat. Nama Ki Gede Bungko merupakan pemberian Sunan Gunung Jati usai Jakataruna diberikan jabatan sebagai penguasa (Ki Gede) di desa Bungko, kawasan pesisir Barat laut Cirebon, dan berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Hingga saat ini, peninggalannya masih tersisa yakni Angklung Bungko. Ki Gede Bungko dulu amat menggemari permainan musik dari bambu tersebut, hingga dijadikannya sebagai hiburan di sela-sela kegiatan pengamanannya dan menjalankan pemerintahan Desa Bungko. Di lokasi ia juga turut dikenal dengan nama Syekh Benting.

Kiprahnya diandalkan karena mampu menumpas perompak ganas yang beroperasi di wilayah laut Jawa, mulai dari laut Pekalongan hingga kawasan Jakarta.

Kejadian tersebut bermula saat putra mahkota Sunan Gunung Jati, Pangeran Bratakelana dirompak oleh Luwu Ijo (pasukan perampok laut yang menguasai laut kawasan Gebang hingga Mundu).

Saat itu, ia terbunuh bersama puluhan pengawalannya di atas kapal ketika akan memasuki perairan Cirebon. Hartanya dirampas, dan mayatnya dibuang ke laut setelah ditombak Luwu Ijo.

Sunan Gunung Jati sedih karena calon penerusnya meninggal, lantas murka dan menugaskan Ki Gede Bungko untuk membasmi Luwu Ijo dan ratusan pasukannya hingga tak bersisa. Setelah itu kondisi perairan Utara Jawa pun stabil, dan perekonomian Internasional (perdagangan rempah) berjalan.

Yang menarik dari keberanian Ki Gede Bungko, ia mampu melawan bangsa Portugis yang saat itu bekerja sama dengan Kerajaan Pajajaran usai kalah perang dengan Cirebon.

Portugis diminta Raja Pajajaran, Surawisesa untuk menjaga satu satunya perputaran ekonomi di Sunda Kelapa dengan mengizinkannya mendirikan sebuah Loji (benteng). Merasa stabilitas nusantara terancam, Sunan Gunung Jati lantas mengirim ratusan pasukan untuk menggempur dua sisi, yakni darat dan laut.

Saat itu, peperangan turut dikomandoi oleh Ki Gede Bungko, dengan berpura-pura kalah, dan setelah Potugis lengah langsung diserang dari darat dan laut. Berkat keberaniannya mengusir bangsa Portugis, ia turut dianugerahi gelar Laksamana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuikota India Menutup Sekolah Selama Sepekan dan Mempertimbangkan Lockdown Polusi Karena Udara Semakin Tercermar

Cerita Kehidupan Warga Surabaya Era Tahun 1850-an Pada Belum ada Penerangan Jalan

Sejarah Jaman Ir.Soekarno Terkait Konfrotasi Indonesia Dengan Malaysia